BERNASNEWS.COM – Indonesia Chapter berhasil menghadirkan peserta dan narasumber dari berbagai negara dalam acara EdHeroes Forum Asiayang digelar secara virtual pada Sabtu, 16 Oktober 2021. Dalam acara dengan tema pendidikan itu, Indonesia yang menjadi tuan rumah berhasil menghadirkan 90 narasumber dari berbagai negara dan 5 pejabat Kementerian RI.
Dalam rilis yang diterima Bernasnews.com dari panitia pada Minggu, 17 Oktober 2021malam, acara yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB ini diawali dengan sambutan Rudy Salahudin selaku Wakil Menteri Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan dan UMKM, perwakilan dari EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter, Farhannisa Nasution selaku Project Chairwoman dan Indra Dwi Prasetyo selaku Managing Director ID Next Leader serta dilanjutkan oleh beberapa tokoh terkenal di dunia yaitu Dr Osama Obeidat selaku Chief Executive Ofiicer Queen Rania Teacher Academy dan Conrad Wolfram selaku Strategic Director and European CEO/Co-Founder Wolfram Research.
Salah satu tokoh dunia Nelson Mandela mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia. Dengan diadakannya acara yang dikemas dengan cara yang menarik ini di mana para peserta dapat memilih secara bebas track mana yang sesuai dengan minat mereka, diharapkan memang dapat mencapai tujuan utama dari diselenggarakannya acara ini yaitu untuk berkontribusi menciptakan dampa yang lebih luas dan membangun generasi masa depan pemimpin yang unggul serta potensial.
“We need to change the mindset of the teacher and the way that we train, and they way training kids, we need to move it from the stage to the stage where they lecture all the time to a guide on the side. You don’t have to be super smart you just have to be motivated, motivation is the key to learning anything” ungkap Dr. Esther “WOJ” Wojcicki sebagai Co-Founder and Education Chief for WOJ Innovation & Technology serta Founder and CEO Global Moonshots in Education dalam sesi Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter.
Dalam kegiatan ini terbagi dalam 5 track dan 22 sesi dimana setiap track memiliki tema, topik, dan narasumber yang berbeda-beda. Tema dari track 1 adalah Family and Education dan memiliki topik masing-masing setiap sesinya. Pada salah satu sesinya, para narasumber mengatakan bahwa membesarkan anak-anak harus holistik, fokus pada setiap aspek. Terkadang para orang tua berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak tentang anak-anak kita berdasarkan pengalaman kita, tetapi terkadang para orang tua juga perlu belajar dari anak-anak dan perlu memberikan yang terbaik.
“As a parent that still learn how to be a good parent and try to mix every parenting theories that I know from various sources, from experiences that I put on the daily basis to try to give the best for my children,” ungkap seorang Executive Director at Amanat Institute, Fahd Pahdepie.
Sementara itu, mengingat digitalisasi yang berkembang dengan cepat dan sudah sangat banyak memberikan kemudahan bagi manusia, pada track 2 narasumber yang hadir untuk membahas apakah mesin bisa menggantikan seorang pendidik adalah Budiman Sudjatmiko MSc M.Phil, Louis Goh, Allana Abdullah dan Muhammad Nabil Satria. Pada topik ini para narasumber sepakat bahwa pada kenyataannya, mesin tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia. Sebab masyarakat masih membutuhkan pendidik manusia untuk mengajar siswa tentang begitu banyak aspek dalam hal pendidikan.
Meskipun mesin merupakan alat penting yang membantu siswa dan pendidik untuk mengakses pendidikan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa mesin kurang memiliki kreativitas dan emosi yang memegang peran penting untuk memenuhi pendidikan yang layak. “I believe that technology can not replace a teacher. Technology is a tools to help a teacher. Therefore, technology can help the process of learning but it certainly can not replace the role of the teacher.” jawab Muhammad Nabil Satria sebagai Co-founder LatihID.
Pada track 3 dengan tema Policy and Education yang salah satunya membahas tentang pendidikan bagi seorang wanita menyebutkan bahwa untuk mencapai kesetaraan gender, termasuk mengurangi terjadinya kekerasan berbasis gender dan pelecehan seksual, diperlukan pendidikan untuk memberikan kesadaran kepada smua perempuan bahwa perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang lebih besar dalam hal karir dan juga membuka perspektif yang lebih terbuka.
Perempuan tidak lagi hanya berperan dalam urusan rumah tangga, perempuan masa kini terus berjuang dan pada gilirannya berhak memberikan kesempatan pada posisi tanggung jawab seperti laki-laki pada umumya. Pendidikan tinggi dan karir yang sukses tidak hanya untuk laki-laki, perempuan juga layak untuk dikembangkan moral dan karakternya melalui pedidikan.
“Well educated girls could dive into their own family or communities, and where to build this awareness and they can also take part in changing the system to a better version and more supportive toward woman by being policy maker or someone who fights for right, so the options are limitless.” kata Arimbi Yogaswara selaku Southeast Asia Lead, Girl Up, United Nations Foundation.
Ministrial Talk merupakan pembahasan pada track 4, salah satu topik yang diangkat adalah Strategi Pemerintah untuk Mencapai Tujuan Indonesia. Untuk mencapai generasi emas Indonesia tahun 2045, ada 4 pilar, yaitu pembangunan manusia dan iptek, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pembangunan merata, dan penguatan ketahanan dan tata kelola nasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terus membaik, yang ditopang oleh sektor investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, dan jasa. Selain itu, Indonesia juga akan mengupayakan pemerataan fasilitas kerjasama dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama.
“To prepare Indonesia’s golden generation toward one hundred years of Indonesian independence there are four pillars, one is human and science technology developmen, second is sustainable economic growth, and third equally distributed development and forth strengthening of national resilience and governence.” jelas Heldy Satrya Putra sebagai Special Advisor for Investment Competitiveness Enhacement.
Dan track terakhir yang diisi oleh beberapa diantaranya adalah Satya Hangga Yuda, Birrul Qodriyyah, Matin Ling, Faruq Ibnul Haqi tidak kalah menarik karena membahas Education Reformes. Para pembicara tersebut memaparkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sifat yang sangat penting bagi manusia terutama bagi generasi muda. Untuk tumbuh, beradaptasi, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang semangat atau dorongan dan kemauan untuk tidak pernah berhanti belajar, salah satunya adalah dengan rasa ingin tahu.
Motivasi diri dan sistem pendukung (sebagai orang tua, sistem sekolah/pendidikan, guru, teman) juga memainkan peran besar dalam menciptakan dorongan “rasa ingin tahu” itu. Bersikaplah terbuka dan hargai budaya serta pengalaman yang berbeda. Tentukan di mana kita ingn maju dan percaya bahwa kita memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi sukses di masa depan.
Jika berbicara tentang pendidikan, hal ini memang sesuatu yang penting dan tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Pendidikan memiliki peranan penting bagi para individu, keluarga, dan bangsa. Acara ini dimeriahkan oleh peserta dan narasumber yang berasal dari berbagai macam negara dan ditutup dengan closing statement dari Farhannisa Nasution dan Indra Dwi Prasetyo sebagai perwakilan dari EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter. (*/lip)