News  

MY Esti Wijayati: Pembangunan Bangsa Perlu Partisipasi Aktif Perempuan

BERNASNEWS.COM – Kemajuan sebuah bangsa tidak akan berjalan tanpa partisipasi aktif perempuan. Salah satu cara mempercepat partisipasi perempuan adalah dengan masuk ke dunia politik, sehingga perempuan dapat mengejar kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dari pembangunan di banyak daerah. Terlebih angka harapan hidup perempuan saat ini lebih tinggi dibanding laki-laki, maka ruang politik mesti dimasuki  oleh kaum perempuan.

“Perempuan mesti masuk ke dalam politik (praktis) agar akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan diketahui sejak dini. Kita sudah punya contoh konkrit saat Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai perempuan pertama menjadi Presiden RI. Saat ini secara kebijakan pun sudah sangat berpihak pada perempuan. Yang terbaru kita pun patut bangga memiliki Ketua DPR RI yang juga perempuan, dan pertama kali pula, Ibu Puan aharani,” kata MY Esti Wijayati, Anggota Komisi X DPR RI Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan, dalam diskusi virtual dengan tema Perempuan Memaknai Kemerdekaan dalam Rangka Mengisi Pembangunan, Kamis, 19 Agustus 2021 pukul 10.00-12.00.

Anggota Komisi X DPR RI yang juga Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan MY Esti Wijayati mengikuti diskusi virtual, Kamis, 19 Agustus 2021 pukul 10.00-12.00. Foto: kiriman subkhi ridho

Dalam diskusi yang diadakan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI yang dipandu Dwi Setiyani itu dibuka oleh Direktur KMA Sjamsul Hadi, didampingi Ketua Puanhayati Pusat Dian Jennie Tj dan Ketua Umum Perempuan AMAN Devi Anggraeni.

Selain MY Esti Wijayati, tampil sebagai narasumber diskusi adala Ratna Susianawati selaku Deputi Perlindungan dan Hak Perempuan Kementeria Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Marlinda Irwanti selaku Ketua Umum Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia dan Akhol Firdaus sebagai akademisi.

Menurut MY Esti Wijayati, pelopor pergerakan kaum perempuan di Indonesia RA Kartini merupakan perempuan pertama yang mempunyai cita-cita untuk memajukan kaumnya dalam bidang pendidikan. “Hingga hari ini pun seringkali masih dijumpai di masyarakat perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan.Inilah PR yang harus dikejar oleh kita ke depan,” kata Esti.  

Diskusi virtual dengan tema Perempuan Memaknai Kemerdekaan dalam Rangka Mengisi Pembangunan, Kamis, 19 Agustus 2021 pukul 10.00-12.00. Foto: kiriman subkhi ridho

Menurut Anggota Komisi X DPR RI ini, kemampuan literasi kaum perempuan masih tertinggal dan perlakuan tidak adil pun masih dialami oleh perempuan. “Implikasi pendidikan sangat tinggi ke bidang politik, ekonomi, IT dan lainnya. Literasinya harus tinggi agar tidak mudah terpapar hoaks,” kata Esti Wijayati.

Dikatakan, dalam RPJMN 2020-2024 telah disebutkan mengenai pengarusutamaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam agenda pembangunan Indonesia ke depan. Kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan dalam pembangunan berkelanjutan yang harus diwujudkan pada tahun 2030.

“Majunya pembangunan saat ini diukur dari Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menjadi indikator utama untuk mengukur pencapaian kesetaraan gender. Dengan melihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga akan terlihat kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonominya” ungkap Esti.

Menurut MY Esti Wijayati, pada hari ulang tahun ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah semestinya tidak ada diskriminasi terhadap kelompok masyarakat dari latar belakang agama, suku, ras, gender, termasuk masyarakat adat.

“Memaknai kemerdekaan bagi saya adalah bagaimana dalam kehidupan sehari-hari tidak ada lagi sikap dan tindakan diskriminasi kepada seluruh warga negara tanpa terkecuali. Sudah semestinya pada HUT ke-76 RI, kita bersama-sama membangun Indonesia tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras maupun kelompok masyarakat adat,” kata Esti Wijayati. (lip)