BERNASNEWS.COM – Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan jutaan manusia di dunia secara dramatis. Berbagai metode kreatif dilakukan untuk tetap mengedepankan pendidikan dan riset, termasuk melalui penyelenggaraan Asia-Pacific Advance Network (APAN) ke-52, yang digelar secara virtual. Kali ini, acara tersebut digelr oleh Universitas Islam Indonesia (UII).
Menurut Prof Fathul Wahid ST MSc PhD, Rektor UII, APAN hadir sebagai organisasi yang menghubungkan berbagai institusi riset dan pendidikan tinggi melalui jaringan fiber optis privat kecepatan tinggi di kawasan Asia Pasifik. APAN bukan hanya menghubungkan antar institusi melalui jaringan, akan tetapi lebih menekankan kepada kolaborasi riset, berbagi pengetahuan, telemedicine dan mitigasi bencana alam yang berjalan di atas infrastruktur jaringan kecepatan tinggi tersebut.
“Seperti pepatah China yang mengatakan lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan,” kata Prof Fathul Wahid pada sesi pembukaan, Senin 2 Agustus 2021, seperti dikutip Local Organizing Committee Chair 52th of Asia-Pacific Advance Network, yang juga Kepala Badan Sistem Informasi UII Mukhammad Andri Setiawan ST MSc PhD dalam rilis yang dikirim kepada Bernasnews.com, Selasa (3/8/2021).
Menurut Prof Fathul Wahid, tak dipungkiri bahwa kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah membuka banyak pintu kesempatan dalam hal praktik working from home, e-learning, ecommerce, dan lain-lain yang secara mudah diterima masyarakat luas. Beberapa perspektif tentang TIK, menurut Prof Fathul, pertama, TIK adalah life savior atau penyelamat hidup, khususnya di masa pandemi yang menekankan efektivitas lebih utama daripada kesempurnaan.
Kedua, TIK adalah game changer yang mempercepat adopsi teknologi digital di industri 4.0 ini. Covid-19 tidak hanya dipandang sebagai musibah dan malapetaka tetapi juga menjadi berkah bagi mereka yang secara kreatif mampu mengambil faedah TIK untuk pembangunan di masa depan.
Ketiga, TIK telah terbukti membuka akses ke khalayak yang lebih luas terhadap layanan internet dan konten yang bermanfaat. Prof Fathul berharap tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan teknologi informasi dan berharap acara ini bermanfaat secara pribadi, wawasan akademik, dan relevan secara profesional.
Sementara Prof Jilong Wang selaku Ketua (chairman) APAN menyambut kehadiran para akademisi dan partisipan yang mengikuti acara pembukaan Asia-Pacific Advance Network ke-52 secara virtual. Ia menyampaikan bahwa perkembangan teknologi digital yang menghadirkan masyarakat digital sangat membantu dalam hal melangsungkan kolaborasi pendidikan dan penelitian. Tetapi ia tetap berharap agar bisa bertemu dengan para hadirin secara luring di kemudian hari.
Mukhammad Andri Setiawan ST MSc PhD, Local Organizing Committee Chair, menuturkan, dengan adanya acara ini secara online, membuka peluang baru bagi banyak orang baru untuk mengenal APAN lebih jauh. APAN ke-52 menarik lebih dari 900 partisipan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, Amerika, Eropa dan Afrika.
Ini melampaui kebiasaan sebelumnya, hampir dua kali lipat dari dari acara serupa sebelumnya. Ia juga mengingatkan bahwa pertemuan virtual APAN ke-52 ini berlangsung sejak 2 hingga 6 Agustus 2021, dan mengajak para peserta untuk belajar, berpartisipasi dan berkontribusi dalam diskusi mendatang.
“Pada masa yang rentan, tidak pasti, dan penuh dengan masalah kompleks seperti saat ini sangat penting bagi kita untuk bekerja sama memecahkan masalah untuk menyelamatkan bumi dan kemanusiaan. Saya berharap kerja sama di kawasan Asia Pasifik dapat diperkuat karena kolaborasi adalah kunci untuk saling menguntungkan dan meraih masa depan yang lebih baik demi keberlanjutan pembangunan untuk kita semua,” ucap Dirjen Dikti Indonesia Prof Ir Nizam seraya membuka pertemuan virtual APAN ke-52 secara resmi.
Pejabat eksekutif TEIN*CC sekaligus Manajer Proyek Asia Connect Louis Hyunho Choi sependapat bahwa dalam menghadapi Covid-19 situasi yang sangat mengerikan kita harus tetap mencari solusi bersama. Sebagai salah satu sponsor, Asia Connect akan terus mendukung mitranya dalam menunjang pendidikan.
Terobosan inovasi juga digalakkan di sektor pelayanan medis melalui telemedicine atau telemedis menggunakan Pendekatan Pentahelix. Akademisi, pemerintah, bisnis, media dan komunitas berkolaborasi untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dalam menghadapi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.
Dalam analisisnya, Prof Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyebutkan kutipan dari John F Kennedy bahwa krisis terdiri dari dua karakter, satu mewakili bahaya dan yang lainnya mewakili peluang.
Prof Ari menguraikan beberapa prestasi Aplikasi Telemedicine yaitu Aplikasi End Corona yang diciptakan oleh mahasiswa untuk kemanusiaan. Aplikasi ini berisi informasi tentang covid-19 seperti statistik Covid-19, cara melindungi diri, rujukan rumah sakit, info donasi dan berita seputar corona.
Selain itu, ada Aplikasi Temenin (Telemedicine Indonesia) dari Kementerian Kesehatan RI yang ditujukan pada petugas dan ahli kesehatan. Pencapaian lainnya adalah publikasi telemedicine/teleconference dan kursus terbuka online besar-besaran yang telah dilakukan sebelumnya.
Namun, ada masalah yang harus ditangani bersama, antara lain infrastruktur internet yang terbatas, keterlibatan terbatas, potensi pelanggaran keamanan, dan kurangnya kerjasama yang terintegrasi. Oleh karena itu, Prof. Ari berharap agar para ahli dari bidang kedokteran, IT, ekonomi, dan sektor penting lainnya berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang berlangsung.
Tak hanya itu, Dr dr Aria Kekalih M.IT, wakil telemedicine working group yang juga Dosen Fakultas Kedokteran UI, mengatakan, kondisi pulau-pulau di Indonesia yang sangat unik dan beragam melahirkan tantangan tersendiri dalam hal mengelola koneksi internet agar merata. Keterbatasan akses internet terutama di pinggiran perkotaan masih terbilang rendah yaitu < 5Mbps dan di pedesaan hanya 0,5 Mbps sampai 2 Mbps.
Dr Aria menekankan bahwa selain untuk para siswa, kita perlu berinovasi untuk menciptakan akses yang terjangkau untuk staf sistem pendukung dan insinyur (engineers), karena merekalah komponen penting dari pendidikan dan pelayanan medis. “Pertahankan energi kita, optimis, dan kreatif. Seperti yang disebutkan Prof Ari sebelumnya, Opportunity Behind Crisis,” kata Dr Aria di acara pembukaan APAN ke-52. (lip)