Museum Batik Danar Hadi Solo Kembali Dibuka

BERNASNEWS.COM — Museum Batik Danar Hadi setelah sekitar tiga bulan tutup karena adanya penetapan KLB oleh Walikota Surakarta terkait pandemic Covid-19. Pada tanggal 29 Juni 2020, museum yang berlokasi di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Surakarta, Jawa Tengah ini, diijinkan kembali dibuka. Setelah sebelumnya dilaksanakan pengecekan oleh perwakilan dari Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang diketuai oleh Drs. Hasta Gunawan, MM, Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta.

Pengunjung dan penjaga Museum Batik Danar Hadi melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat terkait pandemi Covid-19. (Foto: Repro Video)

Asisten Manajer Museum Batik Danar Hadi, Asti Suryo Astuti, SH, KN melalui surat elektronik yang dikirim ke redaksi Bernasnews.com, Sabtu (4/7/2020), menjelaskan, bahwa ijin dibukanya kembali Museum Batik Danar Hadi tersebut tertuang dalam Surat Rekomendasi No. 067/1260 yang ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 dengan persyaratan wajib menerapkan protokol kesehatan.

Asisten Manajer Museum Batik Danar Hadi, Asti Suryo Astuti (kiri) menerima tamu di salah satu ruangan museum saat sebelum pandemi Covid-19. (Foto: Istimewa)

“Dengan situasi dan kondisi yang berbeda terkait pandemic Covid-19, maka Museum Batik Danar Hadi melakukan penyesuaian  hari dan jam buka operasional. Meskipun museum pribadi namun persyaratan terkait protokol kesehatan telah terpenuhi dan akan terus dengan konsisten dijalankan,” ungkap Asti Suryo Astuti.

Lanjut Asti Suryo Astuti, museum buka setiap hari Senin s.d Rabu dan Jumat s.d Minggu, jam 10:00 – 16:30 WIB (last order). “Sementara hari Kamis tutup untuk melaksanakan general cleaning dan penyemprotan desinfectant. Mohon maaf lansia, ibu hamil dan anak – anak di bawah usia 15 tahun belum diperkenankan berkunjung. Hal tersebut berdasar peraturan Pemerintah Kota Surakarta,” tegas Asti.

Motif Batik Djawa Hokokai, motif yang dipengaruhi oleh era penjajahan Jepang. (Foto: Istimewa)
Little Red Ridding Hood, motif batik jaman penjajahan Belanda. (Foto: Istimewa)

Museum Batik Danar Hadi saat ini memajang 1250 kain batik kuna koleksi H. Santosa Doellah, pendiri dan sekaligus pemilik serta Direktur Utama PT. Batik Danar Hadi. Batik-batik kuna yang berasal puluhan bahkan ratusan tahun tersebut diperoleh dengan membeli dari kolektor lain, maupun mengikuti lelang di balai lelang internasional, seperti Christies dan Southebys.

Cerita Snow White dalam bentuk motif batik karya noni Belanda. (Foto: Istimewa)

“Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan” sebagai tema penataan yang digunakan untuk memajang koleksi batik kuna di Museum Batik Danar Hadi. Berdasar tema tersebut terdapat sembilan jenis batik yang pernah berkembang di Indonesia, dari sebelum kemerdekaan hingga proklamasi 17 Agustus 1945.

Jenis batik itu antara lain Batik Belanda, yaitu batik yang hadir antara tahun 1840 hingga tahun1910, pada saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Pemilik perusahaannya noni-noni Belanda yang tinggal di daerah pesisir utara seperti, Pekakongan, Semarang, Surabaya ataupun yang tinggal di daerah pedalaman seperti Solo, Pacitan, serta Yogyakarta.

Kunjungan Finalis Putra Putri Solo 2019 ke Museum Batik Danar Hadi beberapa hari lalu sebelum pandei Covid-19. (Foto: Istimewa)

“Noni-noni Belanda tersebut hanya menentukan pola atau motifnya saja sedang pembatikannya dikerjakan oleh para wanita pribumi yang bekerja pada mereka. Selain itu juga terdapat jenis batik yang lain, misal batik Djawa Hokokai, jenis batik yang muncul saat penjajahan Jepang 1942 – 1945,” pungkas Asti Suryo Astuti. (ted)