Workshop Puisi untuk Menggelorakan Gerakan Literasi Nasional

BERNASNEWS.COM – Sebagai upaya turut menggelorakan Gerakan Literasi Nasional, tiga guru MTsN 6 Kulon Progo, Sutanto, Nursinah dan Ani Romadhoni mengikuti Workshop Puisi yang diselenggarakan secara daring oleh Komunitas Yuk Menulis (KYM), mulai Rabu (24/6/2020) malam.

Awal bergabung dengan KYM, Sutanto ikut workshop cerita anak dan berhasil menyusun buku solo. Kemudian memotivasi warga madrasah menulis buku kumpulan puisi dan bisa diterbitkan menjadi sebuah buku dengan menggandeng KYM. Dan sekarang ikut workshop puisi dengan target bisa meluncurkan buku puisi secara solo.

Drs Sutanto, Guru MTsN 6 Kulon Progo. Foto : Istimewa

Founder KYM Vitriya Mardiyati menjelaskan, workshop diikuti 234 peserta dari berbagai daerah se Indonesia. Materi disampaikan sekitar tujuh hari (24-30/6/2020) setiap jam 19.30-21.00, diteruskan membuat karya sekitar 21 hari. Syarat mengikuti kegiatan harus menjadi anggota komunitas terlebih dahulu. Sebelum mulai, peserta diminta mencari buku tentang puisi agar memperoleh gambaran tentang materi yang akan dibahas.

Menurut perempuan yang juga hobi melukis ini, ada beberapa macam motivasinya menulis puisi yakni keakuan, ingin menciptakan nilai seni yang kekal dan mewujudkan keinginan batin. “Percaya atau tidak, dalam diri kita biar pun sedikit pasti terbersit keinginan untuk diakui. Karena alasan keakuan ini membuat saya suka sekali mengotak atik kata yang nantinya kata-kata itu akan menjadi rangkaian puisi dan dinikmati orang lain dengan beragam sudut pandang penerimaan,” katanya.

Lina Riastuti, Guru di SMKN 1 Girisubo Gunungkidul. Foto : Istimewa

Dengan beragamnya persepsi maka kita bisa membuat puisi yang multi tafsir dan itu akan membuat puisi enak untuk dinikmati, membuat puisi itu hampir mirip dengan lirik lagu. Contohnya kita belajar dari lirik lagu alm Glenn Fredly, lirik lagunya sangat menggoda. Dia mampu memanjakan penikmat lagunya dengan lirik yang menyentuh hati.

“Maka kita pun harus belajar membuat perasaan pembaca teraduk-aduk, dengan memilih diksi yang tepat. Untuk bisa memilih diksi yang mengaduk rasa harus jujur dan banyak membaca, ” kata Vitriya Mardiyati.

Perempuan yang akrab disapa Mbak Vit ini mengaku bahwa dirinya bukanlah seorang seniman, namun banyak yang meyakini karyanya. Hal yang ingin dia tuntaskan adalah menyalurkan hasrat keindahan. Jadi teori A sampai Z hanya dijadikan pelengkap, bukan sesuatu yang prinsip.

“Kadang secara tidak terduga saya serasa memiliki ikatan emosional dengan beberapa kata. Seperti kata senja, pulang, rasa, mantan dan rindu. Entah kenapa beberapa kata itu hadir begitu membius dan ingin sekali selalu terlecut dalam lautan karya saya. Mereka bisa saja hadir secara tiba-tiba lalu mengganggu dengan begitu genitnya.,” beber Mbak Vit.

Joned, peserta dari Kaltara. Foto : Istimewa

Terkait motivasi mengikuti workshop, beberapa peserta mengungkapkan alasannya. Peserta asal Tepi Negeri, Nunukan, Kaltara, Joned mengaku puisi sudah menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Menemukan ide puisi itu sperti menghirup oksigen, menjadi sumber energi dalam hidup. “Menulis puisi atau saya sering hanya mengucapkannya, itu seperti menghembuskan nafas,” imbuh pegawai DLH yang punya nama pena Joe_DcoolGen.

Yuhefni SPd dari Dharmasraya, Sumatera Barat ikut workshop karena  ingin menambah ilmu tentang bagaimana cara membuat puisi yang baik dan mudah sehingga pembaca akan tertarik dengan puisi yang kita buat.

Sedangkan alasan Iit Sutimah (Jatiwangi Majalengka) ikut workshop karena ingin belajar dan berlatih membuat puisi yang bisa diterima pembaca sekaligus membuat buku solo puisi. Selama beberapa hari ikut workshop beberapa peserta memiliki kesan yang berbeda.

Guru di SMKN 1 Girisubo Gunungkidul, Lina Riastuti mengaku kesan yang dirasakan adalah sangat tertantang, karena dari yang tidak tahu apa-apa tentang puisi jadi lebih paham. Apalagi di setiap sesi selalu diberikan tugas yang membuat harus lebih kreatif dalam mengolah kata.Tugas juga harus dikerjakan secara ontime.

Founder KYM, Vitriya Mardiyati selaku narasumber. Foto : Istimewa

Siti Zakiyah (Sleman) merasakan bahwa workshop  berlangsung seru, kekeluargaan, betah banget. Guru SD Nglarang Mlati Sleman Asih Subekti merasakan dengan workshop membuat puisi menjadi mudah karena terarah, langkahnya jelas dan suasana hangat.

Sutriasih (Wonosobo) yang biasa ikut workshop menulis tapi baru bisa buat antologi. Belum berani menulis sendiri buku solo). Tapi setelah mengikuti workshop ini dia jadi lebih optimis mampu mewujudkan impian membuat buku.

Sedangkan Yuliawati (Ciamis) mengaku awalnya membayangkan membuat puisi yang baik itu sulit, ternyata sangat mudah, terlebih setelah dibimbing . “Perasaan senang saat workshop, malah senyum-senyum sendiri, apalagi saat tema puisinya yang agak alay, membahas tentang rindu, senja, mantan membawa saya kembali ke masa lalu, masa ABG,” pungkasnya. (Drs Sutanto, Guru MTsN 6 Kulon Progo)