BERNASNEWS.COM – Ketika berbicara tentang perjalanan sejarah Mataram tentu saja tidak akan bisa lepas dari tiga daerah ini yakni DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari Mataram Klasik zaman Hindu Buddha hingga Kasultanan Mataram yang akhirnya terpecah menjadi dua.
Selain itu juga melalui perjalanan panjang sejak abad VII hingga abad XVII dari Kerajaan Mataram Medang (732 M), Kerajaan Medang Kamulan (928 M), Kerajaan Kahuripan (1009 M), Kerajaan Jenggala (1042 M), Kerajaan Kediri/Panjalu (1072 M), Kerajaan Singhasari (1222 M), Kerajaan Madjapahit (1293 M), Kasultanan Demak (1475 M), Kasultanan Pajang & Kasultanan Mataram (1578 M), yang akhirnya pecah menjadi dua kerajaan dengan Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Dan semua berakhir dengan pertikaian dan perebutan tahta.

Lalu apa yang bisa dicontoh untuk generasi sekarang dan yang akan datang? Masyarakat Budaya Mataram, sebuah paguyuban yang diketuai Dra Chatarina Etty SH MPd, sebuah wadah masyarakat pecinta budaya warisan Mataram, mengajak masyarakat dari berbagai disiplin ilmu untuk berusaha mengungkap sisi-sisi positif dari Perjalanan Sejarah Mataram.
Dan hal ini dikupas dalam seminar dan diskusi yang berlangsung di Gedung DPRD DIY, Rabu (24/6/2020), dengan menampilkan para pembicara handal yaitu GKR Mangkubumi yang membawakan materi berjudul Peran Perempuan Dalam Sejarah Mataram; Prof Dr Sri Rochana Widyastutiningrum S.Kar M.Hum mengupas materi berjudul Seni Jawa Klasik dari Waktu ke Waktu; Prof Dr dr Budiono Santoso Sentrajaya PhD, Sp.Fk dengan judul Awal Kebangkitan Teknologi Iptek dan Peradaban Nusantara dan Prof Dr Sri Margana dengan materi berjudul Historiografi Kerajaan-Kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. (lip)