BERNASNEWS.COM – Seluruh masyarakat Yogyakarta diminta untuk tidak perlu panic buying atau membeli stok makanan secara berlebih, sebab semua sudah tersedia secara cukup. Bahkan kondisi ketersediaan pangan di Jogja bisa dikatakan aman bagi daerah atau kota yang lebih mengandalkan ketersediaan dan distribusi dalam hal pangan sebagaimana Kota Yogyakarta.
“Yang menenteramkan adalah ketersediaan stok pangan kita masih cukup untuk tiga bulan ke depan. Bahkan bersama dengan Bulog dan distributor serta pedagang besar, bulan April ini masih akan ada tambahan stok pangan untuk warga Kota Jogja. Makanya, kepada seluruh warga, tidak perlu panic buying atau membeli stok makanan secara berlebih, sebab semua sudah tersedia secara cukup,” kata Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang juga Ketua Gugus Tugas Penangangan Covid-19 Kota Yogyakarta dan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dalam surat terbuka yang ditujukan kepada masyarakat Yogyakarta, 5 April 2020 dan diterima Bernasnews.com, Senin (6/4/2020).

“Benar mas, itu dari kami,” kata Wakil Walikota Yogyakarta Horoe Poerwadi saat dikonfirmasi Bernasnews.com soal kebenaran surat terbuka tersebut yang viral Senin (6/4/2020).
Menurut Walikota Yogyakarta, sampai saat ini Kota Yogyakarta belum mengarah untuk menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti yang dikeluarkan pemerintah pusat. Meski demikian, Pemerintah Kota Yogyakarta dipastikan sudah menyiapkan antisipasi 3 skenario untuk merespon arus mudik yang akan datang.
Skenario pertama adalah skenario optimal yang akan diterapkan jika pemudik yang datang dalam jumlah besar. Skenario ini akan ditindaklanjuti dengan pemperketat aturan dan penataan arus masuk ke Jogja dan penataan manajemen lalu-lintas di Kota Jogja, khususnya pada lini transportasi publik seperti halnya bus dan kereta api.
Skenario kedua adalah skenario moderat. Skenario ini akan diambil jika jumlah pemudik masih dalam batas yang normal dalam kondisi penanganan Covid-19 di wilayah Yogyakarta ini. Artinya peran masyarakat dan aparatur pemerintah di tingkat basis menjadi garda terdepan dalam memantau adanya arus masuk di masing-masing komunitas kampung dan menjadi pihak aktif yang menggerakan fungsi sosial masyarakat berperan membangun kesepakatan dan aturan yang berorientasi pada protokol penanganan virus Corona.
Dan skenario ketiga adalah skenario landai, dimana kondisinya seperti saat ini dan kecenderunganya mulai melandai.
“Kesemuanya itu akan diatur berdasarkan kondisi yang akan terjadi. Data kesiapan masyarakat dan keputusan para pelaku mudik apakah akan mengikuti himbauan pemerintah supaya khusus tahun ini tidak mudik atau mereka tetap akan melaksanakan kebiasaan mudik, akan sangat berpengaruh terkait dengan skenario apa yang akan kita ambil,” tulis Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta dalam surat terbuka itu.
Dikatakan, aspek moda mobilitas gerak masyarakat, khususnya dari luar kota dalam ketiga skenario tadi tetap menjadi perhatian bersama. Pola pengaturan arus masuk dan keluar di Kota Jogja, manajemen arus lalu-lintas dalam kota dan pengawasan ketat di titik kumpul baik di stasiun, terminal dan tempat-tempat tertentu lainnya, tetap harus disiplin kita lakukan.
Selain itu, Kota Jogja sudah menyiapkan 45 kamar isolasi, 3 tempat karantina berkapasitas 150 dan semua persediaan medis yang insya Allah tercukupi.
“Sekali lagi, untuk usulan PSBB apakah ada penambahan protokol Corona baru di Jogja, tergantung perkembangan kasus Covid-19 dan seberapa besar arus mudik yang terjadi di Jogja. Jika tidak ada perkembangan yang signifikan, Kota Jogja masih akan menerapkan protokol Corona yang sudah jalan selama ini,” tegas Walikota dan Wakil Walikota seraya mengajak masyarakat untuk memutus rantai sebaran virus Corona dengan disiplin jaga jarak fisik dan sosial serta jadikan pola hidup bersih dan sehat sebagai kebiasaan sehari-hari. (lip)