BERNASNEWS.COM – Bupati Kulon Progo Drs H Sutedja menerima Tim Pengembangan Kevikepan DIY dan Dewan Paroki Wates di Kantor Bupati Kulon Progo, Senin (9/2/2020). Rombongan ini dipimpin Vikep DIY Romo Adrianus Maradiyo Pr, didampingi Kepala Paroki Wates Romo Petrus Agung Noegroho Pr dan Vikaris Paroki Wates Rm H Suprihadi Pr. Beberapa anggota Tim Pemekaran Kevikepan turut mendampingi para romo ini.
Dalam kesempatan itu, Vikep DIY Romo Maradiyo mengawali pertemuan dengan menjelaskan profil Kevikepan DIY dan alasan mengapa dimekarkan menjadi dua kevikepan.
Rm Dio, panggilan akrab Romo Vikep mengatakan, Kevikepan DIY merupakan kevikepan yang paling besar di antara empat kevikepan yang ada di Keuskupan Agung Semarang. Kevikepan yang dibentuk pada 3 Oktober 1966 ini meliputi satu provinsi yaitu DIY dan terdiri dari 37 paroki.
Sedang Provinsi Jawa Tengah, di luar wilayah gerejani Keuskupan Purwokerto di sebelah barat, dan Keuskupan Surabaya di sebelah Timur, dibagi menjadi tiga kevikepan, yaitu Kevikepan Semarang terdiri dari 28 paroki, Kevikepan Kedu terdiri dari 11 paroki dan Kevikepan Surakarta terdiri dari 29 paroki.
“Vikep adalah wakil uskup di daerah-daerah. Romo Vikep melayani dan mendampingi para romo dan umat di wilayahnya. Untuk Kevikepan DIY, demi lebih efektifnya pelayanan, dimekarkan menjadi dua, yaitu menjadi Kevikepan Jogja Barat dan Kevikepan Jogya Timur,” tutur Romo Dio.
Ia menambahkan, batas Kevikepan Jogja Barat dan Kevikepan Jogja Timur adalah Jalan Kaliurang di wilayah Kabupaten Sleman hingga Jalan Cornel Simanjuntak di wilayak Kota Yogyakarta.
Kepada Bupati Kulon Progo Sutedja, Romo Dio menjelaskan, Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubyatmoko menghendaki pusat kevikepan baru ini berada di pusat pemerintahan kabupaten. “Maka Kevikepan Jogja Barat akan berpusat di Wates. Ke depan, Wates ini juga akan semakin bertumbuh dan berkembang,” lanjut Romo Dio.
Dalam kesempatan itu, sebagai wakil uskup di Kevikepan DIY, Romo Dio secara khusus menyampaikan salam dari Uskup KAS Mgr Robertus Rubyatmoko untuk Bupati Kulon Progo Sutedja. “Kami juga menitipkan umat Katolik di Kulon Progo ini kepada pak Bupati,” ujar Romo Dio.
Romo Petrus Agung Noegroho selaku Ketua Panitia Peresmian Gedung Kevikepan Jogja Barat menyambung penyampaian Romo Vikep dengan mengundang Bupati Sutedja untuk hadir di acara peresmian gedung kevikepan pada Rabu, 7 Oktober 2020.
Sutedja yang dilantik sebagai Bupati Kulon Progo pada Kamis, 7 September 2019 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta ini menyambut baik undangan itu. Bupati Sutedja menyatakan kesediaannya untuk hadir. “Ditunggu undangannya, sebulan sebelum pelaksanaan,” tuturnya.
Bupati Sutedja berpesan agar segala persiapan dikoordinasikan dengan baik. “Tujuan yang baik jika dilaksanakan dengan baik, hasilnya akan baik,” pesan Sutedja.
Terkait soal perizinan pembangunan gedung dan pelaksanaan acara, bupati berpesan agar segera diurus dengan baik. Romo Agung menunjukkan desain gedung bergaya tradisional yang akan dibangun. “Bentuk atap seperti kupluk. Orang-orang menyebutnya kupluk angguk,” ujar Romo Agung. Angguk adalah tarian khas Kabupaten Kulon Progo.
Toleransi umat beragama
Diwawancarai penulis seusai pertemuan, Bupati Sutedja menyampaikan, toleransi antarumat beragama di Kulon Progo berlangsung baik. Ia tidak menampik masih ada letupan-letupan kecil yang mengusik kedamaian hidup bertoleransi di masyarakat. Namun, secara umum warga masyarakat Kulon Progo boleh berbangga, masyarakatnya hidup rukun dan toleran satu sama lain.
Pemda Kulon Progo, menurut Bupati Sutedja, mengkondisikan agar masyarakat menjunjung tinggi toleransi antar pemeluk agama yang ada. “Pemda melalui FKUB mendorong masyarakat untuk menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan yang damai di antara para pemeluk agama yang ada,” kata Bupati Sutedja.
Bupati Sutedja menyebutkan, dukungan Pemda kepada kiprah FKUB dalam menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan yang tolerans itu dengan memberi fasilitas berupa Gedung FKUB.
Pemda juga mendorong kegiatan-kegiatan lintas iman yang diadakan oleh kaum muda. Bupati menyebut contoh, salah satunya kegiatan Jambore lintas agama yang diprakarsai orang-orang muda yang diadakan secara rutin di Kulon Progo. (Anton Sumarjana, penulis lepas, asli Kulon Progo)