BERNASNEWS.COM – Peringatan 71 tahun pertempuan Pelataran di Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Senin (24/2/2020), sangat heorik dan mendebarkan. Betapa tidak, peringatan pertempuran antara tentara Belanda dan Peleton Z yang menyebabkan 8 pejuang Indonesia, 5 di antaranya kadet atau taruna akademi militer gugur dalam pertempyran itu, divisualisasi lewat sosiodrama kolosal dengan judul Tapak Jejak Taruna karya sutradara sekaligus penulis naskah Purbantara Surautama.
Peringatan pertempuran Pelataran itu diawali dengan upacara bendera dengan Inspektur Upacara Gubernur Akmil Magelang Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang antara lain dihadiri salah satu alumni angkatan pertama Militaire Academie atau Akademi Militer (Akmil) Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Dewan Pengawas Ikatan Alumni Akmil (IKM) yang juga mantan Menteri Prof Dr Ir Indroyono Susilo MSc, Gubernur Akmil dan Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI M Zamroni.

Menurut Mayjen TNI Dudung AR, pertempuran Pelataran merupakan bagian tak perisahkan dari sejarah perjalan Akmil atau bahkan mennjadi cikal bakal Akmil Magelang. Pertempuran heroik itu terjadi karena tentara Belanda menyerang Dusun Pelataran. Pasukan TNI yang didukung masyarakat pun melawan agresi militer Belanda tersebut. Namun, dalam pertempuran itu 8 pejuang Indonesia gugur, 5 di antaranya adalah kadet/taruna Akmil.
“Dua perwira yakni Letda Tutoyo dan anggota tentara pelajar juga ikut gugur. Kita ambil hikmah posoitif dari peristiwa heroik tersebut. Dan pendiri negara ini, Presiden Soekarno mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” kata Mayjen TNI Dudung AR mengenai latar belakang diadakannya peringatan Pertempuran Pelataran di Monumen Pelataran yang dilakukan setiap tahun itu.
Setelah upacara dilanjutkan dengan visualisasi pertempuran Pelataran melalui sosiodrama kolosal yang dibawakan ratusan anggota Komunitas Historia 24249 (peristiwa 24 Pebruari 1949) pimpinan Purbantara.
Dalam sosiodrama itu digambarkan bahwa kedatangan Peleton H2 mendapatkan serangan tembakan dari tentara Belanda. Baku hantam senjata pun terjadi. Beruntung, bantuan dari Peleton Z dan Peleton Komarudin datang. Suara leputan senjata di Sambiroto pun terdengar jelas hingga markas Militaire Academie (MA) di Ngrangsang, yang hanya berjarak 2,5 kilometer.
Dengan cepat, markas MA memerintahkan Lettu Sarsono untuk segera mengirim regu patroli tambahan menuju Sambiroto, Purwomartani. Bala bantuan yang terdiri dari orang pun terbentuk. Ketika Sarsono sedang asyik menyusun strategi, datanglah Abdul Jalil secara tiba-tiba. Fisiknya yang belum sehat akibat rawat inap di RS Palang Merah Ngelo membuat Sarsono menolak keikutsertaannya. Namun, Jalil pun tetap memaksa dengan membuntuti keberangkatan regu bantuan dari belakang. Melihat Jalil mengikuti pasukan, Sarsono pun akhirnya tak bisa menolak.
Belum tuntas perjalanan menuju Sambiroto, kehadiran regu Sarsono pun mendapat sambutan yang sama dari pasukan Belanda. Tembak menembak pun berlangsung. Pasukau Belanda terpaksa mundur dan menyebar masuk ke pekarangan rumah warga. Kondisi Sambiroto yang ditumbuhi pohon-pohon besar membuat regu Sarsono kesulitan mengejar pasukan Belanda. Regu Sarsono pun tak ciutnya nyalinya. Mereka mengejar pasukan Belanda dengan menyusur kawasan Dusun Sambiroto. Lagi-lagi tanpa disangka, mereka dikagetkan oleh pasukan Belanda.
Dengan spontan Sarsono mengangkat senjata sembari berteriak. Celakanya, pelatuk senjata api Sarsono masih terkunci. Saking paniknya melihat pasukan Belanda yang bersenjata, Abdul Jalil ikut berlari. Nahasnya, Jalil lari ke arah yang salah, dimana pasukan Belanda sedang berkumpul. Sementara Sarsono berhasil lolos karena berlindung di rumah penduduk.
Visualisasi pertempuran Pelataran lewat sosiodrama itu pun membuat suasana tergetar. Ratusan bahkan ribuan warga yang hadir menyaksikan sekaligus menjadi peserta dalam peringatan itu tampak tegang dan terharu melihat pejuang Indonesia “gugur” dalam sosiadrama tersebut. (lip)