BERNASNEWS.COM – Lebih dari dua ribu umat Katolik dari DIY dan sekitarnya menghadiri peluncuran buku “Sang Pangon Jadi Kardinal” dan Misa Syukur atas Gereja dan Bangsa Indonesia di Sleman City Hall, Minggu (22/12/2019). \
Meski pada Minggu sore itu hujan mengguyur, kemacetan terjadi di berbagai titik dan ruas jalan, tak terkecuali, kemacetan juga terjadi di jalur atau akses ke Sleman City Hall, di Kawasan Beran, Ibukota Kabupaten Sleman, tak menghalangi niat umat Katolik menghadiri misa yang dipimpin Ignatius Kardinal Suharyo itu,
Hujan dan kemacetan yang mulai menjadi bagian dinamika kota Yogyakarta sebagai Kota Wisata, ini tak menghalangi ribuan umat Katolik untuk hadir di Hall Kemala SCH. Umat Katolik ini datang dari berbagai wilayah dan luar DIY. Ada yang dari Parakan, Temanggung, Klaten, Solo, Malang, Semarang, Bali, Tangerang, dan lain-laing. Mereka ingin menjadi bagian dari dua peristiwa besar Gereja Katolik Kevikepan DIY yakni peluncuran buku “Sang Pangon Jadi Kardinal” dan Misa Syukur atas Gereja dan Bangsa Indonesia yang dipersembahkan oleh Ignatius Kardinal Suharyo.
Lebih dari dua ribu orang berhasil menembus hujan dan kemacetan. Mereka menyaksikan peluncuran buku “Sang Pangon Jadi Kardinal”, terbitan Penerbit dan Percetakan PT Pohon Cahaya. Buku ini ditulis oleh Romo Yohanes Gunawan Pr, seorang imam diosesan Keuskupan Agung Semarang, yang baru saja menyelesaikan Studi S2 bidang Teologi Spiritual di Roma.
Peluncuran (launching), diawali dengan bedah buku, dengan moderator Vikep Kategorial KAS Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr. Selaku pembicara Ignatius Kardinal Suharyo, Rm Yohanes Gunawan dan KH Abdul Muhaimin. Yang disebut terakhir ini adalah, Pemimpin Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta, yang juga sahabat Kardinal Suharyo sejak menjadi dosen di Seminari Tinggi St Paulus Kentungan.
Buku “Sang Pangon Jadi Kardinal” memaparkan gaya kepemimpinan (leadership) Kardinal Suharyo, sejak menjadi Uskup KAS hingga Uskup KAJ serta diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus. Rm Yohanes Gunawan, kepada penulis menuturkan, sudah mencermati dan meneliti pola kepemimpinan Kardinal Suharyo sejak masih studi di seminari tinggi. Hasil penelitiannya menjadi materi Tesis S2 di bidang ilmu Teologi.
Setelah pengumuman oleh Paus Fransiskus, Rm Gunawan menambah satu bab khusus tentang gelar kardinal untuk Mgr Ignatius Suharyo. Narasi yang ia tulis sejak September 2019 ini ada di Bab IV buku ini. Dalam bedah buku, Ignatius Kardinal Suharyo membuka rahasia pola kepemimpinannya. Kardinal Suharyo mengungkapkan, pola kepemimpinan yang ia terapkan mengikuti gaya Santo Barnabas. “Barnabas itu orang hebat tetapi tidak terlalu dikenal,” tutur Kardinal Suharyo.
St Barnabas (panggilan yang berarti ‘anak penghiburan’), dikenal sebagai pemimpin yang mampu menatap ke depan (visioner). Dialah pemimpin Gereja Anthiokia, Gereja yang mengawali Gerakan karya misi dan menjadi model gereja yang berkembang. St Barnabas berhasil mengajak para tokoh untuk satu kata menjalankan karya misi ke seluruh dunia, menciptakan Gereja yang universal. Dari Gereja Anthiokia untuk pertama kali secara resmi diberangkatkan misi resmi ke seluruh dunia yang belum tersentuh Injil.
Mgr Suharyo menerapkan gaya kepemimpinan St Barnabas itu dalam memimpin KAS selama 1997-2009. Mgr Suharyo menerapkan kepemimpinan itu dengan berbagai cara, yakni dengan memaknai dan mengilhami dengan kata kunci: mengubah pola pikir secara cerdas dan mengembangkan budaya duduk bersama.
Penghargaan Leprid
Peristiwa peluncuran buku yang dihadiri dan disaksikan oleh lebih dari dua ribu umat ini dilihat oleh Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia (Leprid) yang berkedudukan di Semarang. Menurut Pendiri dan Ketua Umum Leprid Paulus Pangka, peristiwa ini sungguh luar biasa dan belum pernah ada sebelumnya.
Oleh karena itu layak dicatat sebagai prestasi Indonesia dan dunia. Atas prestasi ini, Leprid memberikan penghargaan kepada tiga pihak, yaitu Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta atas prestasi sebagai INSPIRATOR UTAMA Launching buku Rohani “Sang Pangon Bebek Jadi Kardinal” yang disaksikan dan dihadiri oleh peserta terbanyak. Kepada Ignatius Kardinal Suharyo, Leprik memberikan medali, piagam dan piala.
Kemudian, kepada Penerbit Pohon Cahaya, atas prestasi sebagai penerbit buku Rohani “Sang Pangon Bebek Jadi Kardinal” yang dilaunching dengan disaksikan dan dihadiri oleh peserta terbanyak. Dan kepada Romo Yohanes Gunawan Pr atas prestasi sebagai penulis buku Rohani “Sang Pangon Bebek Jadi Kardinal” yang dilaunching dengan disaksikan dan dihadiri oleh peserta terbanyak. Penghargaan Leprid ini langsung diberikan oleh Paulus Pangka, di ujung misa sebelum berkat perutusan.
Peristiwa penting kedua adalah Misa Syukur atas Gereja dan Bangsa Indonesia, dengan diangkatnya Uskup Keuskupan Agung Jakarta menjadi kardinal, yaitu Ignatius Kardinal Suharyo. Ignatius Kardinal Suharyo merupakan salah satu putra terbaik DIY yang lahir di Bantul (dusun Sedayu), 9 Juli 1950.
Paus Fransiskus mengumumkan gelar kardinal untuk Mgr Ignatius Suharyo, bersama dengan 13 kardinal baru pada 1 September 2019 dari halaman Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan. Konsistori para kardinal baru ini telah dilaksanakan pada 5 Oktober 2019.
Dalam konsistori tersebut, Kardinal Suharyo diberi gelar Kardinal Imam Spirito Santo alla Ferratella. Dalam Misa Syukur ini, bertindak sebagai Konselebran Utama adalah Ignatius Kardinal Suharyo, didampingi para imam Vikep Kategorial KAS Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr, Vikaris Paroki Mlati Rm Yulius Sukardi Pr dan Rm Yohanes Gunawan Pr.
Pemrakarsa kegiatan ini adalah Penerbit Pohon Cahaya bekerjasama dengan Kevikepan DIY. Bertindak sebagai Ketua Panitia Pelaksana adalah Hieronimus Budi Santosa, dari Penerbit Pohon Cahaya. (Anton Sumarjana, Penulis lepas tinggal di Yogyakarta)