News  

Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Selama 6 Bulan Cegah Stunting

BERNASNEWS.COM – Indonesia menempati peringkat lima negara dengan angka stunting (perawakan pendek) tertinggi di dunia. Stunting itu sendiri merupakan perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang atau malnutrisi kronik alias asupan nutrisi yang tidak optimal. Hal ini antara lain karena ketidaktahuan orantua tentang ASI/MPASI yang benar, kemiskinan dan lain-lain.

Selain itu, karena kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat kondisi kesehatan subotimal akibat penyakit. Misalnya, diare akibat sanitasi lingkungan yang buruk, ISPA berulang karena tidak diimunisasi dan sebagainya. “Stunting berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan jangka pendek dan jangka panjang,” kata dr Maria Rulina Yudi Artanti MSc SpA, Dokter dari RS Panti Rapih dan RS Panti Rahayu Wonosari, Gunungkidul pada Sarasehan Peringatan Hari Ibu ke-91 DPD PDI Perjuangan DIY di Rumah Makan “Dapur Warna” Jalan Kaliurang Km 11,5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (21/12/2019).

Sejumlah peserta dengan serius menyimak materi sarasehan di Rumah Makan “Dapur Warna” Jalan Kaliurang Km 11,5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (21/12/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

Selain dr Maria Rulina, tampil sebagai pembicara dalam sarasehan dengan tema “Ibu Sehat Negara Kuat” yang dihadiri ratusan ibu pengurus DPC PDI Perjuangan se-DIY ini adalah Dyah Arviyanti dari Victory Plus, sebuah LSM yang peduli terhadap penderita HIV/AIDS, yang berbicara tentang Stigma dan Diskriminasi terhadap Populasi Kunci dan Orang dengan HIV/AIDS (Odha).

Menurut dr Maria Rulina yang menyelesaikan studi Spesialis Anak (SpA) dari FK UGM tahun 2015, perawakan pendek karena stunting disebabkan oleh kurang gizi kronis disertai infeksi kronis (pendek kurus) yang berakibat pada penurunan kecerdasan. Menurut dr Maria Rulina, perawakan pendek tidak sama dengan stunting, namun stunting termasuk perawakan pendek.

“Pendek adalah anak yang tampak pendek dibanding teman sebayanya. Sementara kerdil (dwarf) adalah perawakan pendek atau sangat pendek disertai dismorfisme (akondroplasi, kretin dan lain-lain),” kata dr Maria Rulina.

Peserta Sarasehan Peringatan Hari Ibu ke-91 DPD PDI Perjuangan DIY di RM “Dapur Ibu” Jalan Kaliurang Km 11,5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (21/12/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

Dikatakan, berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang,terjadinya stunting karena faktor nutrisi ibu selama hamil, kehamilan usia remaja dan interval kelahiran pendek, IUGR dan kelahiran preterm. “Kualitas gizi dan komposisi MPASI yang rendah, infeksi berulang dan faktor lingkungan. Dan stunting diawali oleh perlambatan pertumbuhan (growth faltering),” kata dr Maria Rulina.

Dan untuk mencegah terjadinya stunting, menurut Maria Rulina mengutip rekomendasi dari WHO, adalah inisiasi menyusu dini (kurang dari 1 jam lahir), ASI ekslusif selama 6 bulan, makanan pendamping ASI diberikan di usia 6 bulan sambil melanjutkan pemberian ASI, memberikan MPASI tepat waktu, kandungan nutrisi cukup dan seimbang serta aman dan aman diberikan dengan cara yang benar. (lip)